Iklan

Iklan

,

Iklan

Menanam Pohon: Benteng Bencana Sekaligus Sedekah Jariyah

xtrens
Senin, 01 Desember 2025, 06:45 WIB Last Updated 2025-11-30T23:45:39Z
Menanam Pohon


OPINI, — Bencana longsor dan banjir bandang yang melanda Sumatra Utara akhir November 2025 menjadi pengingat pahit betapa rapuhnya keseimbangan alam di tengah eksploitasi manusia.



Hingga 30 November, korban jiwa mencapai 176 orang dengan 160 lainnya hilang, sementara ribuan warga mengungsi akibat hujan deras siklon tropis yang diperparah dengan adanya penebangan liar dan pertambangan ilegal.



Kondisi ini bukan sekadar musibah alam, melainkan akibat ulah kita yang mengabaikan kelestarian lingkungan; langkah pencegahan paling mendasar justru kembali ke akar masalah: menjaga alam dengan menanam pohon.



Di balik urgensi ekologis, menanam pohon menyimpan hikmah spiritual yang dalam menurut ajaran Islam.


Menanam Pohon


Rasulullah SAW bersabda melalui riwayat Jabir bin Abdullah: "Tidaklah seorang muslim menanam tanaman lalu dimakannya oleh manusia, atau binatang, atau burung, kecuali itu menjadi sedekah baginya" (HR. Muslim), menjadikannya bentuk sedekah jariyah yang pahalanya terus mengalir hingga kiamat.



Ini melengkapi hadits tentang tiga amal abadi (sedekah jariyah, ilmu bermanfaat, dan doa anak shalih) di mana pohon buah atau pelindung lereng memberikan manfaat berkelanjutan bagi generasi mendatang, sekaligus menstabilkan tanah dari erosi dan meredam banjir.



Manfaat ganda ini tak terbantahkan secara ilmiah maupun agamis. Akar pohon menahan tanah longsor, daunnya mengurangi aliran air hujan hingga 50 persen, dan sistem perakarannya meningkatkan resapan air tanah, efektif di daerah rawan seperti Sumatera.



Pemerintah melalui BNPB telah menekankan penanaman pohon sebagai mitigasi utama, dengan prinsip 6T: tepat jenis, tepat lokasi, tepat waktu tanam, tepat tehnik tanam, tepat pemeriharaan, dan tepat admistrasi. 



Mengabaikan ini berarti mengundang bencana berulang, sementara aksi sederhana ini merangkul kebaikan dunia-akhirat.


Pemerintah daerah dan masyarakat Sumatera Utara patut segera gerak alokasikan anggaran reboisasi di lereng rawan, libatkan komunitas melalui program tanam serentak, dan tegas hukum pelaku illegal logging.



Tanpa kolaborasi ini, bencana akan berulang dan korban akan terus bertambah, tapi dengan menanam hari ini, berarti kita mencegah bencana serupa itu datang dan memberikan harapan yang baik untuk generasi penerus.



Menanam pohon bukan sekadar tren, melainkan panggilan nurani untuk selamatkan bumi dan jiwa.



Karena dengan menanam pohon kita mendapatkan dua keuntungan besar yaitu amal jariyah dan kelestarian alam.


Mari ubah duka bencana Sumatera menjadi ladang pahala abadi.



(R Ramadhan)

Iklan